Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Selamat Datang Di AgungEdu My ID Jangan Lupa untuk Comment dan Follow Website serta Medsos kami

Belajar dari Sang Guru KHD

 

 Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD)

Ki Hadjar Dewantara, yang nama aslinya adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah Bapak pendidikan dan kebudayaan Indonesia yang sangat berpengaruh. Pemikiran-pemikirannya membentuk dasar bagi perkembangan sistem pendidikan nasional Indonesia dan mencerminkan semangat untuk memajukan bangsa melalui pendidikan yang berlandaskan kebudayaan lokal. Beberapa pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang sangat relevan dan penting antara lain:

  1. Kebudayaan sebagai Dasar Pendidikan: Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya kebudayaan lokal sebagai dasar pendidikan. Baginya, pendidikan harus memperkuat identitas budaya bangsa dan memberdayakan generasi muda agar menjadi bagian yang aktif dalam mengembangkan kebudayaan itu sendiri.



  2. Pendidikan untuk Semua: Beliau sangat memperjuangkan hak pendidikan bagi semua orang, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau latar belakang budaya. Pemikirannya menekankan bahwa setiap individu berhak mendapat pendidikan yang layak untuk mengembangkan potensi dirinya.

  3. Pendidikan Informal: Ki Hadjar Dewantara menyadari pentingnya pendidikan informal, yaitu pendidikan yang tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melalui pengalaman sehari-hari, interaksi sosial, dan kegiatan di luar sekolah.

  4. Pendidikan Karakter: Salah satu aspek penting dalam pemikiran Dewantara adalah pendidikan karakter. Baginya, pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi juga tentang pembentukan karakter yang kuat, yang mencakup nilai-nilai moral, etika, dan kepemimpinan.



  5. Konsep Taman Siswa: Ki Hadjar Dewantara mengembangkan konsep "Taman Siswa" yang mengutamakan pendidikan yang berbasis pada kebebasan, kemandirian, dan kepercayaan diri siswa. Taman Siswa mengajarkan keterampilan praktis sekaligus nilai-nilai budaya dan moral.

  6. Pendidikan untuk Kemandirian Bangsa: Pemikirannya juga menekankan pentingnya pendidikan untuk menciptakan generasi yang mandiri secara ekonomi, politik, dan sosial, sehingga mampu menghadapi tantangan zaman dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Dalam kesimpulan, pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang berbasis pada kebudayaan lokal, inklusif bagi semua lapisan masyarakat, dan memperhatikan pembentukan karakter serta kemandirian individu dan bangsa. Kontribusinya sangat besar dalam pembentukan identitas pendidikan nasional Indonesia.

Konstruksikan pemahaman yang saya peroleh dari proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KH Dewantara) secara konkret sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di kelas dan sekolah Saya. Akan saya terapkan beberapa pemahaman terkait pengondisian atau kontruksi kelas Saya.

Konstruksi Suasana Kelas:

  1. Penggunaan Bahasa Lokal: Saya sebagai Guru menggunakan bahasa lokal yang digunakan di lingkungan sekitar sebagai salah satu bahasa pengantar. Hal ini bertujuan untuk memperkuat identitas budaya siswa dan menghargai keberagaman bahasa.



  2. Dekorasi Kebudayaan Lokal: Ruang kelas dihiasi dengan dekorasi yang mencerminkan kebudayaan lokal, seperti seni tradisional, pakaian adat, dan lukisan-lukisan tentang sejarah atau cerita-cerita lokal. Ini membantu siswa merasa terhubung dengan warisan budaya mereka.

  3. Interaksi Sosial yang Aktif: Pembelajaran tidak hanya terjadi antara guru dan siswa, tetapi juga antara sesama siswa. Diskusi kelompok dan kerja sama tim diperkuat untuk mempromosikan interaksi sosial yang sehat dan menghargai pendapat orang lain.


  4. Penggunaan Alat Peraga Tradisional: Guru menggunakan alat peraga yang mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat lokal, seperti alat musik tradisional, permainan rakyat, atau benda-benda tradisional lainnya, untuk menjelaskan konsep-konsep pelajaran.

  5. Pendidikan Karakter dalam Tindakan: Guru secara aktif memperkuat pendidikan karakter dengan menjadi contoh yang baik bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghargai keberagaman, menunjukkan sikap empati, dan mempromosikan kerja keras dan integritas.

Proses Pembelajaran:

Proses pembelajaran akan saya titik beratkan pada seluruh aktifitas siswa, seluruh pembelajaran dilakukan dari, oleh dan untuk siswa. tanpa adanya paksaan rasa takut, adanya kegembiraan untuk mencoba, saling menerima dan memberi informasi positif.

  1. Pendekatan Keterlibatan Aktif: Pembelajaran berpusat pada siswa, dengan guru berperan sebagai fasilitator. Siswa didorong untuk aktif bertanya, mencari jawaban, dan berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran yang menantang dan membangun pemahaman yang mendalam.

  2. Pembelajaran Kolaboratif: Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menuntut pemecahan masalah bersama. Hal ini mempromosikan kerja sama, komunikasi efektif, dan pembelajaran dari sesama.


  3. Pengalaman Praktis: Pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melalui pengalaman langsung di lapangan, kunjungan ke tempat-tempat bersejarah atau budaya, atau melalui kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan kebudayaan lokal.

  4. Penekanan pada Kemandirian: Siswa didorong untuk mengembangkan kemandirian dalam belajar, seperti membuat rencana belajar pribadi, menetapkan tujuan pembelajaran, dan melakukan refleksi atas pencapaian mereka sendiri.

  5. Pembelajaran Seumur Hidup: Pembelajaran tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga pada pengembangan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan kebutuhan masa depan siswa.

Melalui pendekatan ini, suasana kelas mencerminkan nilai-nilai dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yaitu memperkuat kebudayaan lokal, menghargai keberagaman, mempromosikan pendidikan karakter, dan mengembangkan kemandirian siswa dalam belajar dan kehidupan. Hal konkret dan konstruktif akan selalu saya terapkan di kelas saya dan akan saya upayakan dengan komitmen. semoga Bapak dan Ibu Guru dimanapun selalu berupaya menerapkan pemikiran dan konstruksi bapak pendidikan yakni KHD atau Suwardi Surya Ningrat dengan prinsip "Ing Ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri Handayani".

Posting Komentar untuk "Belajar dari Sang Guru KHD"